Kebahagiaan Hakiki

26/04/2011 08:55

 

Kebahagiaan Hakiki

Oleh Ustadz Tauhiddin Ali Rusdi Sahal Al-Atsary (Staff Pengajar Pesantren Islam Al-Irsyad) 

    Hiruk pikuk dunia bisa kita rasakan setiap hari. Setiap orang berusaha meraih yang diinginkannya. Mereka mencari sebuah kata yang itu ingin dirasakan olehnya, ya.... mereka mencarinya..........mencari dan terus mencari itulah kebahagian. Sebagian ada yang harus jungkir balik demi sesuap nasi, banting tulang dan peras keringat demi makan anak dan istri, sebagian lagi berusaha memuaskan nafsu birahinya dengan menjajaki gadis-gadis remaji, ada lagi yang suap sana suap sini demi melanggengkan bisnis dan langkahnya yang picik, ada juga yang belanja dari satu mall ke mall yang lainnya bahkan bergaya hidup glamour dan hedonis, ada juga yang berusaha mengenyangkan perutnya dan terus mengisinya baik dari yang halal atau yang haram tidak dihiraukan, ada lagi yang pergi ke negeri kafir, pergi ke diskotik dan seterusnya. 'Ala kulli hal (pokoknya) bahagia kata mereka. Wal 'iyadzu billah. Wala hawla wala quwwata illa billah. Betulkah kebahagiaan seperti ini keadaanya???

 

Kebahagiaan Hakiki itu Kekayaan Hati

    Islam sebagai agama yang paripurna telah banyak memberikan solusi bagi pemeluknya dalam memahami arti kebahagiaan. Gambaran kebahagiaan dan kesuksesan yang telah disebutkan di atas sejatinya adalah kebahagiaan yang semu dan menipu. kebahagiaan bukanlah dengan menumpuk kekayaan, menempel seabreg titel mentereng dll. Toh itu tidak akan dibawa mati dan bahkan akan dihisab dan ditanya pada hari kiamat kelak. Nas alullaha as-salamah wal 'afiyyah. Rasulullah bersabda:

  ليس الغنى عن كثرة العرض، ولكن الغنى غنى النفس.

"Kekayaan itu bukan dengan banyaknya harta benda, akan tetapi kekayaan itu adalah kekayaan jiwa". (Mutafaq 'alaih).

قال ابن بطال: معنى الحديث: ليس حقيقة الغنى كثرة المال، لأن كثيرا من وسع الله عليه في المال لا يقنع بما أوتي فهو يجتهد في الازدياد ولا يبالي من أين يأتيه، فكأنه فقير لشدة حرصه، وإنما حقيقة الغنى غنى النفس، وهو من استغنى بما أوتي وقنع به ورضي ولم يحرص على الازدياد ولا ألح في الطلب، فكأنه غني.

            Ibnu Bathal -rahimahullah- berkata: Makna hadits ini adalah sejatinya kekayaan itu bukan dengan memiliki banyak harta, karena (buktinya) kebanyakan orang yang telah Allah luaskan harta baginya dia justeru tidak merasa cukup (qonaah) dengan apa yang telah diberikan kepadanya bahkan dia berusaha dalam menambah dan tidak peduli dari mana pun datang harta tsb. Sehingga seakan-akan dia fakir karna sangking tamaknya. Sejatinya kekayaan itu hanyalah kekayaan jiwa, yaitu berusaha puas, merasa cukup dan ridho dengan apa yang telah diberikan kepadanya dan tidak bersemangat (tamak) dalam menambah kekayaan dan tidak terus menerus (bersusah payah) dalam mencarinya. (Fathul Bari: 11/277)

Demikian Juga Rasulullah salallahu 'alaihi wasalam menyatakan bahwa orang yang bahagia adalah sebagai mana gambaran pada sabdanya berikut ini:

من أصبح منكم آمنا في سربه، معافى في جسده، عنده قوت يومه، فكأنما حيزت له الدنيا بحذافيرها.

Nabi salallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barang siapa diantara kalian yang berpagi-pagi merasa aman di tempat tinggalnya, sehat badannya dan memiliki makanan pokok untuk harinya itu, maka seakan-akan dunia telah digenggamnya (dihadapanya) menjadi miliknya". ( Hadits hasan riwayat Tirmidzi dan Ibnu Majah)

 قد أفلح من أسلم، وكان رزقه كفافا، وقنّعه الله بما آتاه

Nabi salallahu 'alaihi wasalam juga bersabda: " sungguh beruntung (bahagia) orang yang telah beragama islam, rizki yang kecukupan dan merasa cukup (qona'ah) dengan pemberian Allah". (Hadits Shahih diriwayatkan oleh Imam Muslim, Tirmidzi dan Ibnu Majah).

  ولا تمدن عينيك إلى ما متعنا به أزواجا منهم زهرة الحياة الدنيا لنفتنهم فيه ورزق ربك خير وأبقى [طه:131].

Artinya: " dan jangan kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia untuk kami cobai mereka dengannya. Dan karuni Tuhan kamu adalah lebih baik dan lebih kekal" (Qs. Thoha:131).

Syaikh Al-'Alamah Abdurahman Nashir As-Sa'di -rahimahullah- berkata: “dan janganlah kalian tujukan kedua matamu karena takjub dengan keadaan dunia, jangan kamu ulang-ulang pandanganmu kepadanya karena terpesona dan menikmati dari berbagai makanan, minuman yang lezat, pakaian yang mewah, rumah-rumah yang megah dan wanita-wanita yang cantik. Karena sesungguhnya itu semua hanyalah perhiasan kehidupan dunia yang telah memperdaya jiwa-jiwa orang yang tertipu, menyilaukan pandangan bagi orang-orang yang berpaling (dari kehidupan akhirat) dan ini hanya dinikmati oleh orang-orang yang dzalim. Kemudian Perhiasan dunia itu tadi akan sirna dengan segera dan semuanya akan berlalu begitu saja. Dan dunia itu akan membunuh para pecintanya dan pemabuk asmara kepadanya. Sehingga mereka pun menyesal di saat penyesalan tiada berarti.Apabila mereka didatangkan pada hari kiamat mereka barulah mengetahui (hakikat) dunia itu Karena sesungguhnya Allah telah menjdaikan dunia hanyalah sekedar fitnah dan ujian, agar Dia mengetahui siapa yang berdiri disisi dunia dan tertipu denganya.dan mengetahui siapa yang lebih baik amalnya.(Taisir Karimir-Rahman Fi Tafsiri Kalamil Mannan: 489)

 انظروا إلى من هو أسفل منكم، ولا تنظروا إلى من هو فوقكم، فهو أجدر أن لا تزدروا نعمة الله عليكم.

Rasulullah salallahu 'alaihi wassalam bersabda: " Lihatlah kepada yang lebih rendah darimu dan janganlah kau melihat kepada yang lebih tinggi darimu karena yang demikian itu lebih patut untuk tidak melupakan nikmat Allah atas kalian". (Hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Tirmidzi dan Ibnu Majah).

 

Iman Kepada Allah dan Rasul-Nya itu Inti Kebahagiaan

    Tiang penopang kebahagiaan seorang mukmin itu terletak pada Iman kepada Allah dengan mentauhidkanNya, melaksanakan konsekwensinya berupa amal keta'atan dan amal sholih . Tentunya hal ini akan terwujud jika seorang hamba tadi beriman secara murni kepada Allah dalam segala amal yang dia lakukan. Dengan kata lain dia harus ikhlas semata karena Allah ta'ala. Dan juga harus mengikuti petunjuk rasulullah salallahu 'alaihi wassalam. Karena disinilah jantung kebahagiaan dan pusatnya. Allah ta'ala berfirman:

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ أَحْسَنِ مَا كَانُوايَعْمَلُونَ

 artinya: “barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dealam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri basalan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan” (Qs. An-Nahl: 97).

    lihatlah wahai saudaraku! Allah subhanahu wata'ala menyebutkan kehidupan yang baik ( kebahagiaan) itu bisa diraih dengan iman yaitu memurnikan ketauhidan kita kepada Allah tanpa berbuat kesyirikan. Apalagi kesyirikan besar, karena seoarang tidak bisa dikatakan mukmin kecuali apabila dia murni dalam peribadatan dia hanya kepada Allah tanpa menyekutukanNya dengan sesuatu apapun. Maka tauhid (iman) adalah syarat mutlak untuk bisa meraih kebahagiaan. Kemudian setelah adanya iman yg benar dengan diimplementasikan dalam tauhid yang murni dalam peribadatan kepada Allah ta'ala, juga seorang harus beramal sholih yang sesuai dengan petunjuk Rasulullah salallahu 'alaihi wassalam. Oleh karena itu tidak salah kalau pusat terkumpulnya seluruh kebahagiaan dan pokoknya adalah iman kepada Allah dan Rasul-Nya. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata: ((الإيمان بالله ورسوله هو جُماع السعادة وأصلها))

'Iman kepada Allah dan Rasul-Nya adalah pusat terkumpulnya seluruh kebahagiaan dan pokoknya”.

Dan ini tentunya selaras denga sabda nabi salallahu 'alaihi wassalam dimana beliau bersabda:

 ثلاث من كن فيه وجد بهن حلاوة الإيمان (1): أن يكون الله ورسوله أحب إليه مما سواهما (2)، وأن يحب المرء لا يحبه إلا لله (3) وأن يكره أن يعود في الكفر بعد إذ أنقذه الله منه كما يكره أن يلقى في النار

"tiga hal, barang siapa ada padanya pasti mendapatkan manisnya iman, 1. menjadikan Allah dan Rasulnya lebih dia cintai dari pada selainya. 2. Mencintai seseorang karena Allah, 3. Membenci untuk kebali kepada kekafiran setelah Allah selamatkan dia sebagaimana bencinya akan dilemparkan kedalam neraka / api". (Hadits Shohih diriwayatkan Imam Bukhori dan Muslim)

     Kebahagiaan di dunia dengan mendapatkan surga dunia berati pintu gerbang menuju surga akhirat. Dalam artian bagi orang yang tidak bisa masuk pada surga dunia ini maka jangan harap bisa masuk surga akhirat. Karena sesugguhnya surga dunia itu adalah merasakan manisnya iman. Syaikhul islam Ibnu Taimiyyah berkata: في الدنيا جنة من لم يدخلها لم يدخل جنة الآخرة

“Sesungguhnya di dunia ini ada surga barang siapa belum memasukinya maka dia tidak akan bisa masuk surga akhirat” Syikh Abdur-Rozak bin Abdul Muhsin Al-Abbad al-Badr hafidzahumallah dalam memberikan komentar perkataan Syaikul Islam ini beliau mengatakan: يقصد جنّة الإيمان ولذّة الإيمان وحلاوة الإيمان، وما يجده المؤمن في إيمانه من قرّة عين وراحة قلب

“yang dimaksud surga dunia adalah surga iman, lezatnya iman dan manisnya iman serta apa saja yang diraih oleh seorang mukmin pada imannya semisal sejuk pandangannya dan kelapangan hati”. Rasulullah salallahu 'alaihi wasalam pun menuturkan bahwa shalat itu penyejuk pandangan dan penyegaran bagi hati. Beliau bersabda: «جعلت قرة عيني في الصلاة»

 

dan dijadikan penyejuk pandanganku dalam sholat” juga beliau berkata kepada bilal ketika hendak memerintahkan untuk menunaikan sholat dengan sabdanya: «أرحنا بالصلاة يا بلال

wahai bilal istirahatkanlah (segarkan) kami dengan sholat”.

Jadi Iman Kepada Allah dan RasulNya melahirkan manisnya iman dalam kita beribadah kepada Allah subhanahu wata'ala

 

Rasulullah salallahu 'alaihi wasalam Manusia Paling Bahagia

    Kebahagiaan yang hakiki yang diidam-idamkan oleh setiap insan hakikatnya tersirat secara maknawi pada kelapangan hati, sejuk pandangannya, dan kondisi yang menyenangkan. Hal ini tidak bisa diraih kecuali hanya oleh orang-orang beriman. Karena keimanan dan cabang-cabangnya serta penyempurna-penyempurna keimanan itu bisa memberikan pengaruh yang luar biasa pada setiap individu mukmin. Hal positif tersebut seperti dikatakan di atas yaitu: kelapangan dada (hati), sejuk pandangannya dan kondisi yang menyenangkan. Sehingga seorang mukmin dengan mukmin yang lainnya akan merasakan kenikmatan dan kelezatan serta kebahagiaan sebagai pancaran dari keimannya dan ini bergantung tingkat keimanan seorang hamba tersebut.

{ الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ، الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ طُوبَى لَهُمْ وَحُسْنُ مَآبٍ} [الرعد: 28-29].

artinya: “ (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah , Ingatlah, hanya mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram. Orang-orang yang beriman dan beramal shalih , bagi mereka kebahagiaan dan tempat kembali yang baik”. (Qs. Ar-Ra'du: 28).

    Rasulullah adalah orang yang paling bahagia. Allah ta'ala telah menyebutkan dan mensifati rasul-Nya bahwasanya beliau memang benar-benar orang yang paling bahagia dimana beliau mendapatkan kenikmatan yang begitu besar diantara yang menujukan hal tsb adalah firman-Nya:

ألم نشرح لك صدرك ووضعنا عنك وزرك الذي أنقض ظهرك ورفعنالك ذكرك

Bukankah kami telah melapangkan untukmu dadamu? Dan kami telah menghilangkan daripadamu bebanmu, yang memberatkan punggungmu. Dan kami tinggikan bagi sebutan (nama)mu (Qs. Asy-Syarh: 1-4)

  Ayat ini menunjukan bahwa hanyalah rasulullah orang yang paling bahagia karena Allah telah mensifati baginya 3 sifat yang ini berarti adalah kebahagiaan, karena orang yang telah dilapangkan dadanya, diampuni dosanya dan ditinggikan penyebutannya berarti beliau adalah orang yang paling bahagia. Demikian pula orang yang paling bahagia dari umat ini adalah orang yang paling mutaba'ah (mengikuti sunah) rasulullah. Maka sejauh mana dari umatnya yang mengikuti rasulullah maka sejauh itu pulalah dia akan merasakan kebahagiaan. Oleh karenanya dalam sabda nabi yang lain bahwa orang yang paling bahagia yang mendapati syafaat beliau kelak pada hari kiamat adalah orang yang mengucapkan la ilaha illallah secara ikhlas dari hatinya. Abu Hurairoh Bertanya kepada Rasulullah salallahu 'alaihi wassalam:

 من أسعد الناس بشفاعتك يا رسول الله، قال: من قال لا إله إلا الله خالصا من قلبه

“ Wahai Rasulullah siapakah orang yang paling bahagia dengan syafaaatmu, beliau menjawab: “ siapa saja yang mengucapakan la ilaha illallah secara ikhlas dari hatinya”. ( Hadits diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Ahmad)

     Demikian pula Nabi mengkhabarkan perihal orang-orang yang masuk surga yaitu yang benar-benar menjadi umat beliau salalallau 'alaihi wasalam dan tidak bermaksiyat kepadanya serta tidak berbuat hal-hal yang baru (baca bid'ah) sepeninggal beliau. Nabi salallahu 'alahi wasalam bersabda:

كل أمتي يدخلون الجنة إلا من أبى، قالوا ومن يأبى يا رسول الله: قال : من أطاعني دخل الجنة ومن عصاني فقد أبى

“semua umatku pasti masuk surga kecuali orang yang enggan mereka (para sahabat bertanya ) wahai rasulullah siapakah orang yang enggan itu?? Rasulullah menjawab: barang siapa menta'atiku pasti masuk surga dan barang siapa bermaksiyat kepadaku berarti dia telah enggan (masuk surga)”.

 

Ditangan Allah Kebahagiaan dengan Tunduk Pada Syari'atNya

    Kebahagiaan benar-benar berkaitan dengan keimanan. Hanya ditangan Allah jua-lah kebahagaian itu asalnya. Jadi kalau Allah ta'ala berkendak seseorang itu bahagia maka pasti ia akan bahagia dan jika tidak berkehendak berarti tidak akan bahagia atau pasti sengsara. Segala sesuatu ditangan-Nya. Allah yang memudahkan, melapangkan, menolong, memberi hidayah, memuliakan dan menghinakan serta menjadikan seorang bahagia atau sedih. Allah berfirman:

{ قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِير 

artinya: “Katakanlah: 'wahai Tuhan yang memepunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Ditangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau maha kuasa atas segala sesuatu”. ( Qs. Ali 'Imran: 26)

 

وَأَنَّهُ هُوَ أَضْحَكَ وَأَبْكَى

artinya: “ dan bahwasanya Dialah yang membuat orang tertawa dan menangis”. (QS. An-Najm: 53)

 

Maka seorang mukmin karena ilmunya dia bisa memahami bahwa dia tidak akan meraih kebahagiaan kecuali dengan apa-apa yang diridhoi oleh Allah, menta'atiNya dan tunduk dengan segala syari'atNya. Sehingga dia pun melangkah dan berusaha mencari hal-hal yang dicintai dan diridhoi oleh Allah ta'ala. Allah berfirman:

فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلَا يَضِلُّ وَلَا يَشْقَى

artinya: “barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka” (Qs. Thoha: 123). Syaikh Abdur-Rozak bin Abdul Muhsin Al-Abbad Al-Badr berkata:

 ونفي الضلال فيه إثبات الهداية ونفي الشقاء فيه إثبات السعادة.

Allah meniadakan kesesatan berarti terkandung di dalamnya penetapan akan Hidayah dan meniadakan celaka (sengsara) pada ayat ini berarti terkandung di dalamnya penetapan akan kebahagiaan”.

 Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz -rahimahullah- berkata:

 قال ابن عباس -رضي الله تعالى عنهما- في الآية, تكفل الله لمن اتبع هدى الله أن لا يضل في الدنيا ولا يشقى في الآخرة, والمعنى أن من اتبع الهدى واستقام على الحق الذي بعث الله به نبيه محمد -عليه الصلاة والسلام- فإنه لا يضل في الدنيا بل يكون مهتدياً مستقيماً ولا يشقى الآخرة بل له الجنة والكرامة, وهدى الله هو ما دل عليه كتابه العظيم –القرآن- وسنة نبيه -عليه الصلاة والسلام- من فعل الأوامر وترك النواهي وتصديق الأخبار التي أخبر الله بها ورسوله، والإقامة عند حدود الله وعدم تجاوزها. هذا هو الهدى، فاتباع الهدى هو تصديق الأخبار وطاعة الأوامر وترك النواهي والوقوف عند حدود الله، فلا يتعدَّ ما حد الله له ولا يقع في محارم الله -عز وجل- فمن استقام على هذا طاعةً لله وإخلاصاً له ومحبة له وتعظيماً له وإيماناً به وبرسله فإنه لا يضل في الدنيا بل هو على الهدى, ولا يشقى في الآخرة بل هو سعيد في الدنيا والآخرة

Ibnu Abbas -radhiyallahu 'anhuma berkata tentang ayat ini: “Allah ta'ala telah menjamin bagi siapa saja yang mengikuti petunjuk Allah, maka tidak akan sesat di dunia dan tidak akan sengsara di akhirat”. “Maknanya barangsiapa mengikuti petunjuk dan beristiqomah diatas kebenaran yang dengannya Allah telah mengutus NabiNya salallahu 'alaihi wassalam, maka dia tidak akan sesat di dunia bahkan dia orang yang mendapatkan hidayah dan lurus serta di akhirat tidak akan sengsara. Bahkan baginya surga dan kemuliaan. Hidayah Allah itu apa yang ditunjukan Alquran dan Sunah NabiNya dari mengerjakan perintah-perintah, meninggalkan larangan-larangan, membenarkan berita-berita yang Allah dan Rasulnya mengkhabarkannya, berhenti pada batasan-batasan Allah ta'ala dan tidak menerjangnya, inilah dia hidayah. Dan (makna) mengikuti hidayah yaitu membenarkan berita-berita, ta'at dengan segala perintah, meniggalakan segala larangan dan berhenti dari batasan-batasan itu serta tidak melapauinya dan tidak terjatuh padah keharaman-keharaman Allah. Barangsiapa istiqomah di atas ini dalam rangka taa' kepada Allah, dengan Ikhlas kepadaNya, cinta kepadaNya dan mengangungkanNya serta beriman KepadaNya dan RasulNya maka dia tidak akan sesat di dunia justeru dia di atas hidayah dan tidak akan sesat di akhirat. Bahkan dia orang yang bahagia di dunia dan di akhirat”.

 

Maraji':


Sumber: https://salafy-robbani.webnode.com/news/kebahagiaan-hakiki/